Sekolah Orang
tua Santri, “Orang tua Cerdas Dambaan Buah Hati”
“Kita kan sudah jadi
orang tua, kenapa harus sekolah lagi?”. “Mendidik anak itu seperti air,
mengalir saja tidak perlu belajar”. “Menjadi orang tua itu keniscayaan, jalani
saja sesuai naluri saat menghadapi anak”.
Beberapa komentar dan
pendapat muncul ketika program Sekolah Orang tua Santri (SOS) yang
diselenggarakan PAUD-IT Ihya’Assunnah ditawarkan. Ada orang tua yang dengan
antusias menyambut gembira dan penuh semangat, namun tidak sedikit juga yang menganggap
program ini tidak penting.
Ketika kita (sebagai
orang tua) ditanya ingin memiliki anak seperti apa, pasti kebanyakan akan
menjawab ingin anak yang sholeh, berbakti kepada orang tua, sukses, dan harapan
– harapan besar lainnya. Namun pertanyaan pentingnya adalah bagaimana kita
memproses anak kita agar menjadi seperti yang kita harapkan tersebut??
Jika kita ingin
menjadi dokter misalnya, kita perlu belajar 6 tahun di sekolah dasar, 6 tahun sekolah menengah, 4 tahun di perguruan tinggi
kedokteran, 1,5 tahun sekolah profesi (koas) dan 1 tahun menjalani internship.
Jadi dibutuhkan waktu belajar minimal 18 tahun untuk menjadi dokter (umum belum
spesialis). Nha sekarang berapa lama kita mempersiapkan diri untuk menjadi
orang tua? Apakah bisa dengan menjadi orang tua yang apa adanya kita
mendapatkan anak yang luar biasa (baca: sholeh)??
Anak merupakan
investasi berhargadunia akhirat bagi orang tuanya. Mereka dapat menjadi anugrah
maupun bencana tergantung bagaimana orang tua dalam mendidiknya. Untuk menjadi
orang tua yang “betulan” (bukan kebetulan) harus memiliki gelar MSI, Magister
Segala Ilmu. Ketika menghadapi anak yang sakit diperlukan ilmu kedokteran
(minimal pertolongan pertama), saat anak akan makan dibutuhkan ilmu gizi dan
tata boga, ketika anak bermasalah dibutuhkan ilmu psikologi, dan seterusnya. Semua
itu tentu harus dipelajari agar tindakan yang orang tua ambil merupakan
tindakan yang tepat.
Mencetak anak yang
sholeh sesuai harapan orang tua, dibutuhkan proses yang panjang. Proses itu
dimulai saat kita memilih pasangan, tata cara walimah, hubungan suami dan
istri, amalan saat mengandung , pemberian nama yang baik, akikah, khitan,
memilih sekolah dan lingkungan yang tepat hingga penerapan pola asuh yang
benar. Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak harus memiliki ilmu
agar dapat memberikan keteladanan. Namun sayangnya di dunia ini tidak ada
satupun lembaga pendidikan yang menawarkan program menjadi orang tua yang ahli.
Jadi, program SOS yang hanya berlangsung selama 2 hari tentu masih sangat jauh
dari cukup untuk memenuhi kebutuhan akan ilmu pendidikan anak.
Melalui program SOS,
kita akan bersama-sama belajar mengungkap fakta-fakta unik tentang anak,
karakter yang harus dimiliki orang tua sebagai seorang pendidik, cara
berkomunikasi yang efektif, marah yang produktif dan sebagainya. Meski dalam
waktu yang singkat, semoga program SOS dapat menjadi jawaban akan kebutuhan
ilmu bagi orang tua yang berusaha meningkatkan kualitas diri.
Tahun pelajaran 2016-2017 ini, SOS
dibagi menjadi 4 tingkatan, sebagai pengembangan dari SOS sebelumnya. SOS Pemula untuk orang tua yang belum pernah
mengikuti SOS dan SOS Lanjutan untuk orang tua yang sudah mengikuti SOS Pemula.
Setiap anak berhak memiliki orang tua yang cerdas. Semoga kita dapat menjadi
orang tua yang senantiasa dirindukan dan dicintai anak-anak kita sesuai dengan
tema tahun ini “Orang tua Cerdas Dambaan Buah Hati”,Selamat bergabung!!#Cuplikan iklan SOS di buletin tahun lalu dengan sedikit revisi.